Date A Live Encore 3 - Natsumi Teaching

 Natsumi Teaching


"Semuanya, perhatikan!"

Saat dia berjuang untuk menunjukkan ekspresi keras pada wajah kekanak-kanakannya yang menggemaskan, guru yang bertanggung jawab di SMA Raizen kelas 2-4, Professor Tamae Okamine – dengan panggilan akrab Tama-chan, mengatakan itu.

Mengingat tingkahnya yang tidak biasa dari Tama-chan yang selalu ceria dan tenang, menopang tangannya ke mejanya, Shidou mengeluarkan suara yang mencurigakan.

"Apa terjadi sesuatu?"

Murid-murid lainnya juga melirik ke arah Tama-chan dengan curiga.

“… Semua orang tahu bahwa besok adalah kelas terbuka untuk umum, kan?”

Mendengar kata-kata Tama-chan semua orang mengangguk. Jam keenam besok, selama kelas sejarah dunia, kelas ini terbuka untuk umum - dengan kata lain, ini adalah Hari Orang Tua.

… Ternyata, pada saat itu, pengawas pendidikan Kuriyuu, salah satu anggota Komite Pendidikan Tenguu, datang untuk mengamati kelas yang berbaur dengan orang tua dan saudara mereka.

"Apakah pengawas pendidikan… datang untuk mengamati kelas…?"

Semua siswa tiba-tiba mulai ribut. Shidou tidak tahu banyak tentang organisasi itu atau pekerjaan itu, tapi, di satu sisi, dia setidaknya bisa mengerti bahwa orang penting akan datang untuk mengamati kelas.

“Muh… Aku tidak mengerti, tapi mengapa pengawas itu datang untuk mengamati kelas?”

Gadis berambut malam yang duduk di sebelah Shidou, Tohka, memiringkan lehernya. Jadi, untuk menjawabnya, Tama-chan tersenyum dan berkata—

“Tampaknya rumor aneh tertentu tentang salah satu siswa kita mencapai telinga mereka.”

“Rumor aneh?”

“Itu benar… Rupanya, rumor seperti murid Raizen telah melucuti pakaian teman sekelasnya di ruang kelas; Dia merenov rumahnya karena Hari Orang Tua adalah hari dimana orang tua merayakan anak-anak di sekolah, membuat 'Kebun Binatang Pribadi' yang memaksa gadis-gadis kecil yang tidak bersalah untuk berpakaian tidak senonoh… "

“Buh… ?!”

Shidou tiba-tiba meludah. Dan di saat yang sama, tatapan dari semua teman sekelasnya mengarah ke arahnya.

Keringat lengket membasahi punggung Shidou. Seolah ingin memecah ketegangan yang tidak menyenangkan itu, Tama-chan melanjutkan:

“Rupanya dia juga akan mengirimkan anggota Komite Reformasi Kehidupan kalau-kalau itu rumor itu benar… "

Mendengar apa yang dikatakan Tama-chan, trio Ai-Mai-Mii memasang ekspresi rumit di wajah mereka.

"Apa itu? Itu memiliki nama yang cukup mencolok, bukan?”

“Anggota dari Komite Reformasi Kehidupan Khusus…? Jangan bilang kalau…!

“Apa kau tau dia, Mai ?!”

..Mii bertanya dengan heran. Mai melanjutkan setelah mengangguk,

"Umu ... Aku sudah mendengarnya."

“Ayo, kamu tahu SMA Teknik Aragami, kan? Dikatakan kalau dua tahun lalu, Komite Pendidikan tidak lagi mentolerir kesalahan sekolah itu dan mengirim anggota Komite Khusus Reformasi Kehidupan di sana "

Mendengar kata-kata Mai, semua teman sekelasnya memasang wajah dengan ketakutan.

“—S-sekarang kamu mengatakannya, sekolah itu belakangan ini menjadi sangat sepi, kan?”

"Tidak, tidak bisa dikatakan sepi juga, dikatakan dalam setengah tahun itu menjadi seperti penjara, dan dalam setahun menjadi kuil!"

“—Aku mendengar bahwa semua siswa memiliki kepala gundul dan ekspresi seperti mati di dalam…"

“Rumor mengatakan bahwa mereka telah dicuci otak…"

“Tidak, kudengar mereka melakukan lobotomi…"

Menanggapi informasi tersebut, semua siswa menelan napas.

"Apapun itu! Jika kita memiliki kelas normal, seharusnya tidak ada masalah! Teman-teman, besok, tolong bertingkah dengan baik…!"

Tama-chan membungkuk. Kelas 2-4 menunjukkan semangat juang yang tinggi untuk pertama kalinya sejak kelas dimulai. Tidak ada yang menginginkan menjadi seperti anggota dari Komite Khusus Reformasi Kehidupan, dan yang terpenting, tidak ada yang ingin Tama-chan berhenti menjadi guru yang bertanggung jawab.

Lalu, ditengah itu, dari waktu ke waktu tatapan dingin diarahkan ke Shidou, tapi dia memutuskan untuk mengabaikannya.

 

*******

 

"...Hoaaammm..."

Setelah mengerang pelan, Natsumi mengerutkan alisnya, yang menunjukkan jika dia sedang bosan, bahkan lebih.

Namun, hal tersebut tak terhindarkan. kecemasan di dalam kepalanya beputar-putar seperti angin puyuh.

Bukan mengkhawatirkan rambutnya yang berantakan itu, walaupun sudah disisir dengan bagus tetap saja masih berantakan, atau kondisi fisiknya yang lemah dan kurus itu: atau mukanya yang terlihat menyedihkan, seolah-olah seseorang mengatakannya membosankan, bahkan dia hanya bisa berperilaku secara normal.

...Sebenarnya, ini juga kekhawatiran, tidak diragukan lagi, hal tersebut harus di hadapi Natsumi. Artinya, itu adalah kekhawatiran pasif, apa yang membuat Natsumi khawatir adalah  perhatian yang lebih aktif.

Dia mengubah arah pandangnya yang sebelumnya ke sofa kemudian ke arah dapur.

Dan dia melihat Shidou sedang memakai celemek dan sedang menyiapkan makan malam.

Shido adalah pemilik rumah ini dan orang yang Natsumi berhutang kepadanya. Dan juga yang membuat Natsumi khawatir adalah orang ini.

Natsumi sedang berpikir bagaimana cara membalas budi karena telah menyelamatkannya sebelumnya. Tentu saja, Natsumi sudah mencoba berbagai cara. Dia mencoba memberikannya hadiah, membersihkan kamar Shidou ketika dia tidak ada dirumah, menyiapkan makanan untuk Shidou...dan semacamnya. Namun, upaya yang dilakukan hanya itu-itu saja.

Memikirkan hal itu, seseorang yang akan senang karena hadiahnya dipilih langsung oleh Natsumi tidak mungkin ada di lingkungan peradaban manusia. Jika jalan hidup yang bernama Natsumi, orang yang menyebutkan dirinya sampah, akan di bersihkan tanpa sepengetahuannya, sebaliknya seluruh ruangan akan terkontaminasi dengan kotoran yang tidak dapat dihilangkan.

Dan belum lagi membantu di dapur, yang merupakan sesuatu tidak masuk akal. Hanya sesuatu seperti Hyena, setelah 10 hari tidak mendapatkan makanan, akan mempertimbangkan untuk memasukkan mulutnya apapun yang di kenali oleh Natsumi.

"...Natsumi-san?"

"Hyah?!"

Natsumi, setelah mendengar suara tersebut, membalikkan badan melompat dan memeluk kepalanya.

Melihat sekeliling, dia melihat gadis yang duduk di sofa lain - Yoshino, dengan Yoshinon, boneka yang ada di tangan kirinya, memiringkan lehernya.

Dia mirip gadis setengah malaikat, yang kelihataan lembut, rambut lembut, mata yang cantik, dan mukanya yang imut, tidak seperti Natsumi.

Di samping itu, tidak hanya rupanya yang cantik, hatinya pun indah seperti laut yang transparan, dan perilaku dan perkataannya yang sangat baik. Natsumi bisa merasakan cintanya, mirip cinta seorang ibu, pada kenyataan perilaku Yoshino terhadap Natsumi, seperti seekor kumbang kotoran yang di perlakukan dengan kebaikan.

Lebih dari mirip seorang malaikat, dia benar-benar seorang malaikat. Kau bisa memanggilnya malaikat Yoshino sekarang.

"Apa yang terjadi Natsumi-chan? Mukamu agak aneh, kau tahu?"

Yoshinon memiringkan kepalanya, Natsumi mengangkat bahunya.

"A-ah... Maaf, tidak apa-apa, jangan khawatir..."

"Benarkah...? tapi—"

Saat Yoshino berbicara, dia mendengar suara Shido keluar dari dapur.

"Hey! Yoshino,Natsumi! makanannya sebentar lagi siap. Tolong siapkan mejanya, nanti ketika Tohka dan yang lainnya pulang kita bisa makan bersama!"

"...Kau dengar itu Yoshino? kita harus menyiapkannya."

"Ah...oke."

Setelah mengganguk sedikit,Yoshino mengumpulkan majalah, koran dan benda yang ada di atas meja. Natsumi juga memungut kertas yang jatuh.

"Oh....?"

Saat itu, Natsumi melihat isi kertas itu yang ada di atas kiri, dan membacanya.

"Pemberitahuan...kelas dibuka...untuk publik...?"

 

*******

 

Malam itu, Natsumi tidak pergi kamarnya, dan malah mengunjungi kamar Yoshino.

Dia membunyikan bel, dan beberapa saat kemudian, pintu terbuka dan Yoshino muncul, yang tubuhnya dibungkus dengan piyama yang menggemaskan, bersama dengan "Yoshinon". Mungkin baru saja selesai mandi. Pipinya sedikit berwarna merah dan uap air keluar dari tubuhnya.

“Apakah ada yang salah, Natsumi-san? Sudah larut begini… "

“Ah… M-Maaf… Ada… sesuatu yang… ingin aku bicarakan…"

Natsumi membuang muka saat dia berbicara.

"… Kamu benar. Aku tidak punya akal sehat, kan? Sekarang kupikir-pikir, kalau aku di sini sekarang, kamu tidak akan bisa tidur, kan? Aku minta maaf. Aku akan mati."

“Na-Natsumi-san… ?!”

Saat Natsumi hendak pergi, Yoshino buru-buru meraih tangannya.

"Itu tidak benar ... Ini ... Natsumi-san datang mengunjungiku ... membuatku sangat bahagia."

“Yoshino…"

Natsumi berbalik dengan air mata berlinang pada kata-kata Yoshino yang penuh cinta. Dia tidak lagi menjadi makhluk yang ditempatkan dalam kategori malaikat. Dia adalah seorang dewi. "Dewi Yoshino". Ah, dunia ini sangat indah.

"Jika kamu mau, silakan masuk."

"Ya terima kasih."

Setelah mengangguk sedikit, Natsumi melepas sepatunya dan memasuki kamar Yoshino. Agar tidak mencemari ruangan yang suci ini, dia berpikir untuk mengganti kaus kaki dengan yang baru dan membawanya bersamanya, tapi karena Yoshino menghentikannya, dia menyerah pada ide itu.

“Baiklah… Apakah ada yang bisa aku bantu?”

Setelah mengundang Natsumi ke ruang tamu, Yoshino yang tadi duduk di sofa bertanya. Natsumi, yang duduk di ujung lain dengan bahu menciut dan tangan di atas lutut, berkata dalam suara yang agak serak:

“Aku… ada yang ingin kutanyakan…"

"Ya apa itu?"

“Ya… Besok, kamu luang?”

“Di pagi hari…? Ya, aku tidak punya rencana… "

[Apakah ini undangan untuk kencan? Kyahh! Natsumi-chan, berani sekali!]

“Oh, tidak, bukan itu…"

Setelah mendengar apa yang Natsumi katakan dengan keringat bercucuran dari dahinya, Yoshino mengendalikan Yoshinon dengan "Hei!"

“Besok… ada apa?”

“Yah, jika kamu tidak punya masalah dengan itu… apa kamu ingin… pergi ke sekolah Shidou denganku?”

Atas permintaan mendadak Natsumi, Yoshino membuka matanya dengan sangat bingung.

“Apa kamu bilang… ke sekolah Shidou-san?"

[Apa yang akan kita lakukan?]

"Yoshinon" dia bertanya sambil memutar tubuhnya.

“Besok, kelas dibuka untuk umum… di sekolah Shidou, kau tau? Tapi sekarang orang tua Shidou sedang dalam perjalanan bisnis ke luar negeri, kan? Dia bilang mereka hampir tidak pernah di rumah dan praktis tidak pernah pergi ke kelas di Hari Orang tua… Jadi, ya, aku sudah berpikir tentang… memberinya beberapa kenangan Hari Orang Tua… dengan Yoshino dan aku.

Itulah tepatnya cara untuk membalas budi kepada Shidou yang Natsumi pikirkan.

“Dengan Natsumi-san dan aku…?”

Yoshino memiringkan lehernya untuk beberapa saat, awalnya tidak mengerti apa yang Natsumi katakan, tapi dia segera menyadari apa arti kata-kata itu. Dia membuka matanya lebar-lebar dengan takjub.

“Itu… Natsumi-san dan aku… akan berpura-pura menjadi orang tua Shidou-san…?”

Mendengar kata-kata Yoshino, Natsumi mengangguk dengan tegas.

Jika kamu memikirkannya secara normal, itu tidak mungkin. Bagaimanapun, Natsumi dan Yoshino lebih muda dari Shidou tidak peduli bagaimana kamu melihatnya. Namun dengan kekuatan Natsumi, itu bisa terjadi.

Malaikat Natsumi, Haniel <Witch of Forgery>, memiliki kekuatan untuk mengubah bentuk satu objek ke yang lain. Dan bahkan sekarang dia masih memiliki kekuatan roh yang sudah disegel oleh Shidou, selama dia membuat kondisi mentalnya tidak stabil, dia masih bisa menggunakan kekuatan itu, jika hanya sampai batas tertentu.

Bisa dikatakan, Natsumi tidak bisa menjadi ayah dan ibunya. Itulah mengapa dia datang untuk bertanya kepada Yoshino untuk bantuan.

"Bagaimana menurutmu? Kalau kamu tidak ingin melakukannya, kamu dapat menolaknya tanpa masalah, ya?

"Itu tidak benar. Kupikir… itu adalah sesuatu… luar biasa. Tolong biarkan aku membantumu."

“Yoshino…!”

Setelah memasang senyum cerah di wajahnya, Natsumi meraih tangan Yoshino.

 

*******

 

Hari berikutnya. Natsumi dan Yoshino sedang berjalan di jalan setapak yang mengarah ke SMA Raizen, masih dalam bentuk aslinya.

Rencana itu telah dikonfirmasi tadi malam. Saat mereka sampai di SMA Raizen, Natsumi akan menggunakan kekuatannya di suatu tempat tanpa orang, mengubah Yoshino menjadi ayah dan dirinya menjadi ibu, dan mereka akan pergi ke kelas.

Karena mereka tidak bisa mendapatkan foto orang tua Shidou, desainnya akan menjadi Natsumi asli… Tapi jika mereka menampilkan diri mereka sebagai orang tua Shidou sebelum kelas dimulai, setidaknya mereka bisa biarkan dia menikmati suasana itu.

Mereka berjalan sambil memikirkan hal-hal itu, dan setelah tidak banyak, mereka mulai melihat sekolah.

“Waktunya telah tiba… Yoshino, apakah kamu siap?”

“Ya… aku mulai merasa gugup.”

Yoshino sedikit mengangguk dengan ekspresi yang sedikit kaku. Pasangan itu memasuki gang terpencil.

Kemudian, dia menarik napas dan memulai persiapan untuk memulihkan sebagian dari kekuatan roh-nya yang tersegel.

Jika kondisi mental roh menjadi tidak stabil, kekuatan roh akhirnya mengalir di arah sebaliknya. Karena stabilitas kondisi mental Natsumi adalah yang paling rendah diantara semua roh, hanya dengan membayangkan beberapa fantasi negatif, dia dapat memulihkan kekuatan minimumnya.

… Di ruang kelas sekolah dasar. Suara guru terdengar.

“Semuanya, buat kelompok dengan pasangan yang kalian inginkan!"

Teman sekelasnya mulai berpasangan satu demi satu. Dalam tengah, tanpa memanggil atau dipanggil oleh siapa pun, satu-satunya yang tersisa adalah Natsumi. Itu guru yang berbicara. Seseorang harus memasukkan Natsumi-chan ke dalam kelompoknya. Kelas menjadi berisik. Terakhir, salah satu anak laki-laki berbicara. “Tapi kalau begitu, itu tidak akan menjadi satu kelompok dengan pasangan yang kita inginkan…"

“Ah…. Ah… Aaaaaahhh…!”

“Natsumi-san…!”

Kemudian, pada saat stres Natsumi akan memuncak, Yoshino mengguncang bahu Natsumi. Secara alami, konsentrasinya akhirnya terganggu.

"Hah? Apa terjadi sesuatu?

"Mohon tunggu. Sekarang—"

Yoshino mengarahkan pandangan Natsumi ke arah jalan kosong. Di sana, seorang wanita bertubuh kecil dengan kacamata sedang berjalan, yang sampai beberapa saat lalu tidak ada.

Jika dia menunjukkan kekuatan transformasinya saat ini, dia mungkin akan berakhir dengan membuat keributan besar. Natsumi memotong fantasinya, dan menunggu dengan sabar sampai wanita itu lewat dan pergi.

Tapi pada saat itu… Wanita itu tiba-tiba pingsan.

"Hah…?"

"Hei…?!"

Natsumi dan Yoshino menahan nafas pada saat yang sama dan kemudian dengan cepat berlari ke arah Wanita itu.

“Hei, ada apa… ?!”

“Apa dia baik-baik saja?!”

Mereka berdua membalikkan wanita itu saat berbicara dengannya, dan wanita itu menggerakkan mulutnya dengan ekspresi kesakitan.

“M-Maaf… Kemarin aku berusaha keras untuk mempersiapkan segalanya… dan aku merasa tidak enak badan…"

Natsumi menaruh tangannya ke dahi wanita itu sambil mengerutkan kening. Dia mengalami demam tinggi.

"… Sungguh gila pergi ke jalan dalam kondisi seperti ini… Pulang tanpa protes dan jaga kesehatanmu. "

“Aku tidak bisa melakukan itu… Hari ini kelas dibuka untuk umum… dan jika aku tidak…"

Natsumi membuka lebar matanya, dan setelah itu wanita itu tiba-tiba berhenti bicara. Tampaknya dia kehilangan kesadaran.

Dia memegang tubuh wanita itu, yang benar-benar kelelahan.

“Sepertinya kita tidak punya pilihan… Kita harus membawanya ke suatu tempat untuk beristirahat."

“Kamu benar… Tapi… dia baru saja mengatakan 'kelas dibuka untuk umum'…" Pada saat itu, Yoshino mengeluarkan "Ah!" Seolah-olah dia teringat sesuatu.

“Orang ini… kupikir dia adalah guru di kelas Shidou-san…!”

“Sekarang setelah kamu bilang begitu…"

Setelah mendengar itu, Natsumi teringat. Sebelumnya, saat dia berubah menjadi Shidou dan mengerjainya, dia pikir dia melihat wanita ini.

“Itu artinya… jika orang ini tidak akan bekerja… kelas Hari Orang Tua akan…"

“Eh… Ini akan menjadi… kelas kosong, kan?”

“Itu akan menjadi masalah!”

Natsumi berteriak dengan suara melengking. Jika itu terjadi, dia tidak akan bisa membuat Shidou mengingat Hari orang tua.

“Tapi… kurasa tidak mungkin baginya untuk mengajar dalam kondisi seperti ini…"

[Ya, bagaimanapun juga, dia pingsan.]

"Yoshinon" berkata saat itu dan membuka matanya ke arah guru yang tidak sadar, meniru seorang dokter.

“Tidak… masih ada jalan.”

Natsumi mengatakan itu sambil mengepalkan tinjunya dengan erat.

 

*******

 

Istirahat setelah jam pelajaran kelima selesai. Ruang kelas dibungkus dengan sedikit perbedaan suasana dari biasanya.

Tapi itu wajar. Lagipula, jam keenam hari ini, kelas terbuka untuk umum. Ini satu jam sangat penting yang akan menentukan nasib kelas ini. Semua orang gugup, tapi berbeda cara dari kelas Hari Orang Tua normal. Di belakang kelas, beberapa orang tua siswa sudah bisa terlihat. Siswa yang menemukan wajah yang familiar di antara mereka memberikan perasaan bertindak lebih canggung dari biasanya.

“Haha… Karena satu dan lain hal, semua orang cukup gugup.”

Shidou tertawa getir saat dia melirik ke belakang. Kemudian, Tohka, yang duduk di sebelahnya, mulai berbicara terlihat sangat tertarik, sambil membuka mata indahnya yang seperti kristal.

"Mereka itu pengawas? Ya, banyak sekali, bukan?

"Tidak, mereka adalah orang tua siswa yang lain."

Yang menanggapi suara Tohka bukanlah suara Shidou, tapi suara seorang gadis.

Jika dia melihat, dia bisa melihat 3 gadis sibuk di kelas, Ai-Mai-Mii, berdiri di sana.

“Hei, hei, apa ibumu sudah datang, Tohka-chan?”

“Oh, aku sangat tertarik dengan itu.”

“Apakah keindahan ini bersifat genetik? Atau mutasi?”

Ketiganya mendekati Tohka dengan mata berbinar. Tohka hanya mengerang suara "Mu ..."; dia tidak memiliki orang tua sebagai roh.

“Ah… orang tua Tohka tidak akan bisa datang karena pekerjaan mereka.”

“Nuh… Umu… Itu benar.”

Shidou mengatakan itu untuk menyamarkan situasinya, dan Tohka mengangguk untuk menguatkan apa yang dia katakan. 3 gadis-gadis mengeluh dengan "Eeh", sepertinya meratapi itu dari lubuk hati mereka. Di saat itu, Tohka meninggikan suaranya sambil menunjuk ke arah belakang kelas.

“Hei, Shidou. Apakah itu juga orang tua seseorang?”

Shidou mengirim pandangannya kembali mengikuti ujung jari Tohka — dan membekukan tubuhnya dalam sekejap. Namun, itu wajar. Bagaimanapun, di antara orang tua yang mengenakan pakaian formal, disana ada sebuah karakter mengenakan jubah hitam dan topeng dengan bagian atasnya.

“E-ehh…"

Shidou tidak bisa menjawab, tapi tiba-tiba Ai meninggikan suaranya.

“A-ayah… ?!”

"Hah?!"

Mendengar kata tak terduga itu, dia membuka lebar matanya. Ai memerah, melangkah dengan langkah berat menuju karakter mencurigakan itu, dan mulai berbicara dengannya dengan suara rendah.

"… Kupikir aku sudah memberitahumu untuk tidak datang dengan berpakaian seperti itu, kan?!”

“Apa yang kamu bicarakan, Ai? Dalam Masyarakat, ini adalah tradisional dan terhormat… "

"Berhenti mengatakan hal-hal itu! Ganti itu, cepat! Itu selalu sama denganmu, tapi hari ini, sungguh tidak akan berakhir dengan baik!"

Melihat itu, Mai dan Mii memasang senyum kering di wajah mereka.

“Ah… Haha… Itu benar. Aku rasa aku ingat kalau ayah Ai adalah orang penting di Black Magic Society."

“Meskipun tanpa pakaian ini dia terlihat seperti orang biasa…"

“Dia bukan orang jahat, tapi datang dengan pakaian itu, kamu tahu kalau dia kurang akal sehat…"

Saat itulah Mai melihat sesosok wanita dengan pakaian perbudakan memasuki kelas dan memotong kata-katanya.

"I-ibu?!"

"Hei?!"

Sementara Shidou bingung, Mai berlari ke wanita itu dan mengangkat suara protes, wajahnya merah seperti tomat.

“K-kenapa kamu berpakaian seperti ini?!”

"Maaf maaf. Aku pulang kerja, tetapi di tengah jalan aku mengotori pakaianku. Dan Aku hanya memiliki ini untuk berganti pakaian. "

“Tidak masalah jika kotor, ganti pakaian itu!!" Mai mengangkat suara parau. Keringat membasahi pipi Mii saat dia melihat itu.

“Ah… Mai juga mengalami kesulitan, kan? Dia adalah dominatrix di klub S&M, jadi jika dia tidak bisa pisahkan pekerjaannya dan kehidupan pribadinya, lalu… "

Pada saat itu, kali ini Mii yang membuka matanya lebar-lebar dan mulai gemetar panik.

Ketika dia melihat kesana, dia dapat melihat bahwa ada seorang pria jangkung berdiri di pintu masuk kelas.

Otot-otot itu bahkan tergambar di atas jas putihnya, sepasang mata yang tajam seperti silet, alisnya seperti bulu burung pemangsa yang membedakannya dengan yang lain. Dia memiliki wajah yang mengatakan sudah ada beberapa orang yang terbunuh. Kebetulan di tangannya ada senapan otomatis M16.

"Paman?!"

Mii berlari, tampak panik, pada pria itu. Sekarang setelah Shidou memikirkannya, dia pikir dia pernah mendengar kalau paman Mii bekerja sebagai pembunuh bayaran di luar negeri.

“Kenapa kamu membawa benda itu?!”

Dihadapkan dengan sinyal Mii yang lebih dari akurat, pria itu, bagaimanapun, tetap tidak bisa berkata-kata.

“Di Jepang, sesuatu seperti senapan serbu menarik banyak perhatian, kan?!”

Shidou menyipitkan matanya tanpa sadar dan menggaruk pipinya dengan jarinya… Apa yang bisa dia katakan? Mereka memiliki… individualitas yang hebat. Ai-Mai-Mii meraih tangan orang tua masing-masing dan meninggalkan kelas.

Lalu, tak lama kemudian, mereka kembali, orang tua Ai dan Mai sudah berpakaian normal, dan paman Mii sudah tidak memegang senjata... Namun, kalau dilihat betul-betul, tas yang ada di depannya itu, yang tertutup jadi terbuka, seperti ada sesuatu yang kelihatannya benda itu di tarik dengan cepat di dalam sana.

“Muh… Shidou, Shidou!”

Saat Shidou membiarkan keringat membasahi pipinya, Tohka membuka matanya lebar-lebar terkejut dan memukul bahunya.

“Nh? Ada apa, Tohka?”

“Itu… Apakah itu orang tua juga?”

Dia berkata dan sekali lagi menunjuk ke arah belakang kelas. Sepertinya sekali lagi seseorang telah memasuki kelas.

Berpikir bahwa setelah melihat tiga orang sebelumnya, dia tidak akan terkejut lagi orang seperti apa yang akan datang, Shidou berbalik — dan membekukan tubuhnya.

Yang ada di sana adalah seorang wanita cantik. Rambut panjang agak bergelombang, dan mata seperti safir. Itu garis tubuh sensualnya seperti magnet bagi siswa laki-laki yang berada di kelas, tapi perilakunya, sebaliknya, tertutup, mencerminkan wanita ideal yang berbudi luhur dan suci.

Namun, yang lebih menjadi ciri khasnya adalah tangan kirinya.

Di dalamnya ia memiliki boneka kelinci, yang memiliki kumis seperti di lengan baju dan mengenakan sebuah jas.

"Hei…? Apa yang sedang terjadi…?" Shidou mengerutkan kening karena bingung.

Tanpa ragu, dia tidak mengenal wanita itu. Namun, apa yang ada di tangan kirinya jelas "Yoshinon."

Juga, ketika dia melihat lebih hati-hati, dia mulai merasa bahwa dia telah melihat wajah wanita itu sebelumnya. Secara hipotesis, jika Yoshino terus tumbuh, dia pasti akan menjadi wanita seperti ini ... Dia adalah wanita cantik yang membuatnya berpikir seperti itu.

"Jadi…"

[Pertama, kamu harus mengatakan itu."

“Iya…"

Setelah wanita  itu sedikit memutar tubuhnya,  seolah-olah mata semua orang menggelitiknya,  dia terlihat begitu bertukar kata-kata itu dengan boneka itu, dan kemudian menelan sesuatu dengan suara * Glup *, seolah-olah dia telah memutuskan sesuatu sebelum mengangkat wajahnya.

"… Terima kasih karena selalu menjaga anakku. Aku adalah ibu dari… Itsuka Shidou.”

[Dan aku ayahnya!]

Mereka menyatakan hal seperti itu, sambil menghadap ke seluruh kelas.

Sebelum pernyataan itu keluar dari imajinasi semua orang, dalam sekejap ruang kelas terjun ke dalam diam, lalu—

“EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEHHHHHHHHHHHHHHHHH?!”

Saat berikutnya, tangisan takjub yang luar biasa bisa terdengar.

"Apa?! Ibu Itsuka-kun?!”

“Itu bohong, kan ?! Dia terlalu muda untuk menjadi ibunya, kan ?!”

“Jangan bilang… Istri kedua ?! Apakah dia ibu tirimu?!”

“Kenapa itu terdengar sangat erotis?! Seperti hubungan terlarang yang terlintas dalam pikiranku!"

“Lebih penting lagi, apakah itu ayahnya?! Apakah kamu benar-benar memiliki gen kelinci, Itsuka-kun?!”

Kelas tiba-tiba mulai ribut.

“Tidak… Baiklah… Ini… Ehh… ?!”

Namun, Shidou tidak bisa menghentikannya. Alasannya sangat sederhana: dia juga tidak tahu apa yang terjadi sekarang.

Tetapi, pada saat itu, seorang pengunjung baru muncul di kelas yang sudah menjadi ramai, dan dalam seketika, semua siswa terdiam total.

Dia adalah seorang pria berusia empat puluhan, yang membawa serta seorang wanita yang tampak seperti bawahan.

Punggungnya yang lurus sempurna dan bibirnya yang tertutup sempurna menunjukkan sifatnya. Sebelum karakter ini muncul, semua siswa menahan nafas.

Namun, itu adalah sesuatu yang sangat alami. Kemarin semua orang melihat wajahnya di foto. Orang ini adalah pengawas pendidikan Shoutarou Kuriyuu, anggota dari Pendidikan Komite Tengu.

“Jenderal, sudah muncul…"

“Kami akan menunjukkan kepada kalian apa itu serikat kelas 4…"

“Kami tidak akan membiarkanmu memecat Tama-chan…"

Para siswa berbisik dengan nada yang tidak terdengar oleh pengawas. Ketertarikan mereka pada wanita misterius yang memperkenalkan dirinya sebagai ibu Shidou belum mati, tapi yang terpenting untuk saat ini adalah melewati ujian ini.

Untuk bagiannya, Shidou mulai merasa kecil hati saat memikirkan tentang gelombang pertanyaan yang menunggunya setelah kelas berakhir.

Namun, baik Shidou dan teman sekelasnya merasakan hal yang sama. Tidak ada yang menginginkan Tama-chan berhenti menjadi guru mereka yang bertanggung jawab. Dan selain itu, dia tidak dapat menyangkal bahwa, dalam kejadian kali ini, Shidou sebagian harus disalahkan. Dia memutuskan untuk meninggalkan interogasi karena masalah misterius tentang "Ibunya" untuk nanti, dan, sambil menghembuskan napas sedikit untuk  menenangkan diri, dia berbalik ke arah meja profesor.

Bertepatan dengan tindakan itu, bel pintu berbunyi dan pintu kelas bergeser terbuka. Karakter utamanya hari ini, Tama-chan, muncul di atas panggung… atau tidak?

Shidou tercengang setelah melihat sosok orang yang memasuki ruang kelas. Tapi begitulah sesuatu yang sangat bisa dimengerti. Lagipula, yang muncul di sana bukanlah Tama-chan, guru kecil Ilmu Sosial…

“Ufufu… Ayo mulai kelas. Semuanya, silakan duduk."

… Tapi dia adalah wanita tinggi yang cantik, yang berbicara dengan suara yang sangat manis.

Itu adalah seorang wanita berusia dua puluhan, dengan rambut seperti sutra, bibir basah, dan proporsi yang pas, bahkan seorang model bisa iri melihatnya. Payudara indahnya seperti setiap saat itu akan melarikan diri dari blusnya, yang tidak dikancingkan sampai kancing ketiga. Pahanya yang sensual mengintip dari rok lurus, yang memiliki sedikit bukaan. Dia mungkin ingat bahwa dia adalah seorang guru, dan itulah mengapa dia memakai lensa tipis dan di salah satu tangannya dia memegang penunjuk. Tapi semua dari mereka, pada saat ini, hanya terlihat sebagai item untuk beberapa jenis game.

Namun, di tengah semua itu, mata Shidou terbuka dengan keheranan yang berbeda dibandingkan dengan teman sekelasnya.

“Na… Natsumi ?!”

Guru yang masuk memiliki penampilan Natsumi ketika berubah menjadi dewasa. Tohka, yang sudah pernah melihat penampilan itu sebelumnya, juga membuka lebar matanya karena terkejut. Otak Shidou, yang sudah kacau karena kemunculan wanita yang membawa Yoshinon, jatuh lebih jauh ke dalam kekacauan. Demi Tuhan, apa yang mereka berdua lakukan? Sementara Shidou sedang berpikir tentang itu, Natsumi duduk di meja guru sambil memiringkan tubuhnya lebih dari yang diperlukan, menyilangkan kakinya secara provokatif dan mengangkat satu jari bersamaan dengan: "Shh!".

“Murid-murid yang baik, tolong diam. Mari kita mulai kelas. Pertanyaan yang kalian miliki untuk guru, tanya aku sepulang sekolah nanti, ya?

Sebelum sikap sensual itu, para siswa laki-laki dan beberapa laki-laki dewasa menelan ludah mereka dengan * glup *.

Namun - semua orang segera bergegas untuk duduk dengan benar di tempatnya. Ini buruk. Mereka tidak tahu sama sekali tentang apa yang sedang terjadi, tapi ini sangat buruk.

Mereka menengok ke belakang. Kemudian, mereka bisa melihat Inspektur Kuriyuu berbisik sesuatu bersama bawahannya dengan cemberut.

—…

Sebelum sikap itu, semua siswa melakukan kontak mata secara alami.

(—-Hei! Siapa guru ini?!)

(Bukankah lebih baik mengatakan dia bukan guru kita?)

(—Tapi jika kita melakukan itu, bukankah akan seperti Tama-chan bolos mengajar?)

(—J-jadi, apa yang kita lakukan?!)

(Baik… )

Setelah semua orang mencapai saling pengertian hanya dengan kedipan dan pandangan mereka, mereka menyesuaikan posisi mereka dan beralih ke meja guru.

Itu benar - Semua siswa membuat keputusan untuk melanjutkan kelas seperti apa adanya.

Mereka tidak tahu siapa guru ini atau mengapa dia ada di sini. Namun, sejak kelas itu sudah dimulai, tidak ada metode selain menyimpulkan kelas untuk meyakinkan pengawas.

Kelas bukanlah sesuatu yang hanya dibangun oleh guru. Semakin besar suara yang dihasilkan oleh bola tersebut ketika mengenai sarung tangan bisbol, akan semakin terlihat seperti bola yang cepat dan kuat. Mereka mungkin harus menciptakan ilusi bahwa kelas guru ini adalah kelas yang luar biasa berdasarkan reaksi siswa sendiri.

(Kelas apa yang akan kamu berikan, Onee-san?)

(Aku akan memainkan peran terbaikku sebagai siswa teladan!)

(Segalanya untuk Tama-chan dan kehidupan kita sehari-hari…!)

Kemudian, Natsumi mengangguk puas, melihat sikap serius semua siswa, lalu mengambil kapur di tangannya dan mulai menulis di papan tulis.

“Kelas Kesehatan untuk Anak Laki-Laki yang Baik: Dari mana asalnya bayi?”

Setelah melihat apa yang tertulis, semua siswa, termasuk Shidou, membeku pada saat bersamaan.

(Apa ini kelas pendidikan seksual ?!)

Tidak perlu bertukar kontak mata. Dia dapat dengan mudah mengetahui bahwa setiap siswa memikirkan hal yang sama.

Itu adalah kelas yang tidak ingin dilakukan oleh siapa pun pada Hari Orang Tua.

Selain itu, hari ini mereka berada di bawah pengawasan pengawas. Dan di atas segalanya, alasan untuk ini adalah karena rumor tentang perilaku tidak bermoral ekstrim terhadap lawan jenis oleh siswa Raizen. Ini sudah seperti menari di lapangan yang penuh dengan ranjau.

"… Ara?”

Ternyata, saat itu Natsumi juga memperhatikan perubahan lingkungan kelas. Dia mengatur menuruni kapur, berbalik, dan menatap ke ruang kelas.

Natsumi mengatakan itu dengan suara riang, tapi para murid tetap diam. Suasana berubah lebih suram setiap detik.

Lalu Natsumi, tanpa di sadari sudah mengatasi suasana itu, menepuk tangannya seolah-olah menemukan sebuah ide.

"Ah! aku minta maaf. Aku tidak memikirkannya sebelumnya. Hari ini adalah hari orang tua yang sudah kalian tunggu-tunggu kan? Kami akan meminta para orang tua untuk ikut berpartisipasi di kelas juga. Ayolah, ayolah, para ibu-ibu dan bapak-bapak, silahkan duduk di samping anak kalian masing-masing."

(Apakah dia akan memperburuknya?!)

(Apa yang Onee-san itu pikirkan?!)

(Edukasi seks di dampingi orang tua kita?!)

(Penyiksaan macam apa ini?!)

Pada poin ini, para murid berkeringat dingin. Orang tua merasa curiga, lalu pergi ke anak mereka masing-masing. Begitu juga dengan orang tua Shidou.

"...Kamu Yoshino, kan?"

Shidou menanyai nya secara pelan. Lalu seperti yang di harapkan, wanita itu mengganguk kepalanya.

"Demi Tuhan, Apa yang terjadi?... Kenapa Natsumi..."

"Se-sebenarnya..."

Yoshino menjelaskannya dengan suara yang pelan, keringat Shido mulai bermunculan di keningnya.

"Natsumi menggantikan Tama-chan?"

"Iya...Natsumi bukan sengaja melakukannya..."

Namun, ada kemungkinan akan menjadi lebih buruk. Shido menatap pengawas dan asistennya itu yang ada di belakang kelas. Pada saat yang sama, Natsumi berbicara dengan pengawas itu.

"Ara...apa ada yang salah?"

"Aku bukan orang tua—"

"Jangan ngomong gitu. Ayolah, jangan malu-malu."

Natsumi berjalan ke belakang, mengenggam tangan pengawas itu dan membawanya ke murid yang ada di sampingnya itu, murid itu ialah Tohka.

"...Maaf. Aku mengacaukannya sedikit."

"Muh? Tidak apa-apa."

Tohka menjawabnya seolah-olah tidak ada yang terjadi, atau mungkin tidak terlalu mengerti apa yang dia bilang.

"Apakah gurumu selalu begini?"

"Apa yang kamu katakan, dia bukan guru—"

"Di-dia guru yang selalu membuat tawa di kelas! ramah dan di sukai murid-murid!” Shido membalasnya untuk menutupi perkataan Tohka. Pengawas itu menggoyangkan lehernya sepertinya dia mengerti.

Dia tidak berbicara, tapi terlihat jelas kesan pengawas itu buruk. Tampaknya murid lainnya juga merasa seperti itu, walaupun sudah mencoba mengelak situasi tadi, ujung bulu mata mereka tetap sedikit bergetar.

(Ini buruk...ini benar-benar buruk...!)

(Jika kita begini terus, Anggota komite spesial Tengu akan menghajar kita...!)

(Kita harus memperbaiknya segera...!)

Murid-murid saling mentap satu sama lainnya secara diam-diam, bukan hanya murid saja, para orang tua juga melakukannya.

(Ini bercanda, kan?)

(Itu yang ingin aku tau!)

Suara di kelas berubah diam-diam berbisik-bisik. Shido mendengarkan suara ehem pengawas yang ada di sebelahnya..

Namun, Natsumi sepertinya tidak menyadari dan mengangkat jarinya, dan menunjuk murid. "Siapa yang akan kita tanyakan?"

"Pertama-tama, Yamabuki-san. Silahkan ke depan kelas."

"Huh?!"

Ai menangis di dalam hatinya. Pengawas itu mulai menggerakan alis matanya perlahan.

(Ai! Tidak! Tidak! Tersenyumlah!)

(Jika kita tidak memberinya kesan yang bagus, kita akan berakhir!)

Mai dan Mii menatap mata Ai, Ai terlihat seperti ingin menangis.

"Yay... ini adalah sebuah kehormatan kamu ditunjuk oleh guru! Ayo jawab pertanyaannya, Ayah!"

"Mmhh...Aku melihat kelas di buka publik dan ada pembahasan yang menarik, ya?"

Setelah mendengar perkataan Ai, ayahnya yang tadi berpakaian aneh mulai menunjukkan keseriusannya.

"Kamu tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata rasanya punya anak karena ada banyak caranya. Tapi jika kamu mengira aku bohong, aku akan memberitahumu kasih sayang kami kepada Ai."

Muka Ai langsung memerah. Namun, ayahnya masih melanjutkan kata-katanya tanpa adanya sedikit malu.

"Suatu malan bulan purnama, aku membaringkan istriku di atas lingkaran sihir dengan merinding."

"Hey, berhenti!"

Ai berteriak dan memeluk lehernya. Kelihatannya dia secara langsung mengetahui pikiran pengawas itu jadi dia memegang pundak ayahnya dengan berani dan senyum yang indah.

'To-tolong, jangan cerita yang begituan ayah. Kamu bercanda, kan? Ibu, kenapa tidak meminta yang lainnya saja?"

"Okelah...selanjutanya Hazakura-san."

"...Ini sebuah kehormatan..."

Sekarang giliran Mai yang ingin menangis. Ini seperti neraka dengan pertanyaan dan jawaban yang tidak mengenal ampun.

Ketika di semangati Mai, ibunya yang tadi memakai bando mulai berbicara.

"Baiklah, mari kita lihat... Untuk memulainya, pertemuanku dengan babi menjijikkan yang sangat mesum adalah—"

"Babi menjijikkan?"

"Oh, aku minta maaf  maaksudku suamiku."

Semua murid terkejut. Namun, ibu itu tetap melanjutkan perkataannya.

"Sebenarnya dia klien kami. Dia sangat senang ketika di panggil begitu. Umumnya dia seorang masokis. Ketika aku mengandung putri ku, aku memukulnya dengan ikat pinggang, tapi kemalangan itu yang tak terduga—"

"—I-ibu! Kenapa tidak meminta yang lainnya juga untuk opini yang berbeda?"

Mai mengangkat tangannya dan berbicara untuk menggangu ibunya.

"Umm...Jawabannya agak menarik...Tapi, ah sudahlah. Selanjutnya Fujibakama-san."

"Tidak...Hari ini orang tua sibuk, jadi yang datang pamanku! ini memalukan!"

"Tidak ada orang yang hidup tidur dengan ku."

"Diam!"

Mii menutup mulut pamannya yang berbicara dengan aneh.

Kamu bisa melihat urat biru yang menyeramkan itu muncul pada pengawas setelah mendengar pertanyaan dan jawaban.

"Hey... Apakah kelas ini selalu begini?"

"Ti-tidak..."

Shido tidak tau cara menjawab pengawas itu sedang marah, dan untuk membuat keadaan menjadi lebih buruk, kali ini Natsumi tersenyum dan melihat ke arahnya.

"Baiklah, sekarang aku akan bertanya kepada Shido-kun dan ibu nya."

"Apa...?"

Mendengar perkataan Natsumi, Yoshino menghela napas.

"Bagaimana anak dibuat? ajari anakmu. Aku percaya hubungan anak-orang tua yang beginilah akan menciptakaan kenangan di hari orang tua."

Natsumi menatapnya, entah bagaimana bentuk alis mata Yoshino menjadi “ bermasalah, tapi masih membuka mulutnya yang gemetaran.

"Umm itu..."

"Iya?"

"Eee-Pria...dan Wanita...Ehhh..."

"Apa yang mereka lakukan?"

Natsumi mendekati Yoshino, berjalan dengan gerakan lambat, lalu dengan lembut mengangkat dagu milik Yoshino. Dihadapkan pada tindakan tidak senonoh itu, jantungnya mulai berdegup kencang secara refleks.

“Ayo… ajari dia.”



Natsumi memaksanya, pipi Yoshino memerah.

"Hey...Bukankah ini sudah berlebihan?"

Shidou dengan keringat dinginnya, mencoba menghentikan Natsumi, Sebuah suara dari kanan tiba-tiba mengema.

"—Hentikan semua ini!"

Tidak perlu dijelaskan lagi bahwa suara itu dari pengawas. Dia kelihatan marah, dan dia berteriak dia tidak bisa menanggapi kelas yang berlebihan ini lagi.

"Aku dari tadi mengamati, apa yang sedang kamu lakukan?! Jauhkan dirimu dari orang itu! dan kamu tidak sadar kalau kamu itu guru?!"

"Araa? apa sesuatu terjadi? ini...ayah siapa ini?"

"Kenapa kau tak sopan?! apakah kamu ini guru? Untuk permulaannya, pakaian macam apa yang kamu pakai?! Ini sudah seperti model untuk muridmu! Khususnya di sini kota Tengu, tempat yang sering kena gempa luar angkasa! kamu pikir dengan kelakuanmu begitu, kamu bisa melindungi murid-muridmu?!"

Pengawas itu mengamuk dan mata Natsumi mengecil dengan nakal.

"Ara, ara... Jika kau teriak begitu, kau akan stress loh?"

(—Jangan membuatnya marah bodoh!!!)

Teriakan dalam hati murid-murid. Pengawas itu mengerutkan keningnya dengan menjijikkan.

"Sudah cukup! Semuanya sudah jelas! Dengan perilaku ini aku sudah tau rumor itu benar. Aku akan laporkan ini ke dinas. Kemungkinan terburuk anggota Kehidupan Reformasi akan di kirimkan."

Shidou membuka matanya lebar-lebar dan menahan napas. Bukan Shidou saja, semuanya juga begitu.

Mungkin karena Yoshino merasakan yang mereka rasakan, dia berbicara kepada pengawas.

"Permisi...aku baik-baik saja kok...Dan aku tidak memikirkan guru itu."

"Bukan itu masalahnya, nona...Hm?

Pengawas menatap Yoshino dan merasakan ada yang aneh.

"...Permisi, dia kelihatannya sangat muda, apakah dia benar ibu mu?"

"Iya...ah...aku ibunya...Shido Itsuka"

Setelah mendengar perkataan Yoshino, pengawas itu kebingungan.

"Yaah...Jika kamu melihatku seperti begini, aku akan malu."

Mungkin dia tidak bisa diam lagi, Yoshinon dengan kumisnya menjepit hidung pengawas lalu muka pengawas itu menjadi serius.

"Apa yang kamu lakukan?"

Dia mengambil Yoshinon dari tangan Yoshino. Kemudian mencekiknya dengan kuat.

"Aku beritahu kamu jangan main dengan boneka. Namun, kamu seharusnya belajar bahwa semuanya itu ada tempat dan waktunya. Bukankah ini tidak sopan?"

"Ini buruk...!"

Shidou menjadi ketakutan. Yang di katakan pengawas itu ada benarnya, tapi cara itu tidak bisa melawan roh, khususnya Yoshino. Kepribadiannya yang kalem, tapi ketika dia pisah dengan Yoshinon, mentalnya akan kacau balau.

"Ah...Ah...Yoshi...non"

"Yo-Yoshino, tenanglah—"

Namun, ketika Shidou coba menenangkannya, itu sudah terlambat. Tubuh Yoshino gemetar dan air matanya berjatuhan. Suasana di kelas secara spontan langsung berubah dramatis dan gedung sekolah bersuara seperti retak.

"Apa...apa ini?!"

Pengawas itu berteriak panik. Shido meremas gerahamnya dengan erat. Dia sudah mendengar ini sebelumnya. air yang mengalir di pipa itu, disebabkan oleh kekuatan roh Yoshino, mulai membekukan sesuatu dan menghancurkan sekolah.

Tidak...bukan itu saja, sekolah Raizen akan hancur di sebabkan oleh Tohka dan roh lainnya juga.

Tidak lama kemudian, sekolah mulai bergetar, dan retakan terjadi di tiang dan dinding.

"Aa-apa yang terjadi?!"

"Kyaaaaaaah!"

"Lari!"

Murid dan orang tua meninggalkan kelas dengan cepat. Pada saat yang sama Yoshinon jatuh dari tangan pengawas, di tendang orang-orang di lantai dan berakhir di pojokan kelas.

"Ah...!"

"Shidou!"

"Yoshino! Ini—"

Tohka di kejutkan oleh murid yang sedang kacau. Shidou membalasnya, tetap mengejar Yoshinon.

"Tohka, kamu cepat lari! aku akan menyusulmu disana setelah aku menghentikan ini."

"Tapi—"

"Ayo, kamu juga, Tohka-chan, cepat!'

"Ini kelihatannya buruk!"

"Apa ini?! kemarahan Tuhan?!'

Ai-Mai-Mii berbicara satu sama lain, membawa Tohka keluar dari kelas.

"Ini dia Yoshino! lihat, ini Yoshinon!"

Dia meletakkan Yoshinon di tangan kiri Yoshino sambil mengatakan itu. Lalu, Yoshino mengencangkan punggungnya dan memegang kumisnya.

[Hai, aku adalah ayahmu.]

"Yo-Yoshinon...!"

Yoshino menjadi tenang dan memeluk Yoshino. Dia tertangkap di dadanya yang menggaraihkan dan lembut berkat perubahan yang dilakukan Natsumi.

[Kyaah! aku tak bisa bernapas!]

"Maaf, Yoshinon..."

Shidou menghela napas karena semuanya sudah selesai, dia menarik tangan Yoshino. Mereka semua sudah di evakuasi. Tidak ada seorang pun yang tersisa di kelas. Banyak retakan terlihat jelas di dinding dan langit-langit, dan kelihatannya bentar lagi akan roboh.

"Yoshino, kita harus segera keluar dari sini."

"I-iya..."

Yoshino menggengam erat tangan Shidou, tapi---

"Uwah...?!"

"Kyah!"

Saat-saat Shido dan Yoshino bergegas keluar, langit-langit roboh, suaranya sangat keras dan menghalangi jalan mereka.

"Haa...Haa..."

Pengawas Kiriyuu, orang yang sudah keluar dari kekacauan itu, keluar ke lapangan depan dan merasakan lega.

"Aku tidak mengerti apa yang terjadi, sekelilingku tadi kelihatannya bukan di sebabkan oleh gempa...mungkin kesalahann konstruksi atau yang lainnya."

Murid-murid, guru-guru dan para orang tua yang sudah keluar dari sekolah berkumpul di sana. Seolah-olah sekolah yang membawa mereka kesana.

Pada saat yang sama, guru yang lain sedang mengajar mengecek para siswa dan orang tua yang selamat dari insiden tadi. Guru kelas 2-4 yang tadi suasana kelasnya sangat mengerikan, mulai mengeceknya juga, dia mengikuti guru yang lainnya melakukan itu.

"Shidou dan Yoshino tidak ada!"

Tohka terkejut.

"Aku yakin mereka masih di dalam, aku akan pergi menolongnya!"

Dia berkata begitu dan kembali ke gedung sekolah yang akan roboh. Tiga murid langsung menghentikannya.

"Jangan kembali, Tohka!"

"Disana sangat bahaya!"

"Gedung itu akan menimpamu kapan saja!"

"Biarkan aku pergi..."

Tohka melepaskan genggaman dari orang bertiga itu, Tapi pada saat itu sebuah tangan memegang bahu nya dari belakang. Dia adalah guru kelas.

"Aku yang akan pergi Tohka-chan. Kamu tunggu di sini"

"Natsumi...?"

Tohka membuka matanya, dan guru yang bernama Natsumi itu berkedip.

Lalu, dia melepaskan sepatu hak nya dan dia memakai dan membuka roknya di tempat agak jauh sedikit agar dia bisa bergerak lebih bebas. Dia mulai berlari ke gedung itu.

"Apa...?!"

Berhadapan dengan situasi yang tidak terduga, pengawas Kuriyuu mencoba membuka matanya lagi. Tak terpikirkan kalau guru nakal itu mengatakan hal seperti ini.

"Se-seorang masuk kesana!'

"Betulkah?! Itu sangat berbahaya!"

"Hey, itu roboh!"

Seseorang berteriak dan sepanjang teriakan itu bergema dengan suara sesuatu roboh di suatu tempat. Asap yang luar biasa dan di sekeliling menjadi kacau.

 

Tetapi sesaat kemudian...

"Uwahhhhhhhhh?!"

"Kyah...!"

Teriakan itu terdengar di atas, dan lalu di dalam asap ada bayangan muncul yang sedang mendekat, itu adalah Profesor Natsumi yag sedang menggendong murid di bahu kiri dan kanannya, murid dan orang tua. Tampaknya dia lompat ke jendela saat terjadi kerobohan.

Natsumi yang sedang mengendong kedua orang itu, mendarat di semak-semak seberang gedung. Beberapa saat kemudian, murid yang melihat itu terkejut dan senang secara bersamaan.

"Luar biasa!'

"Hey, kamu baik-baik saja?!"

Murid berlari ke mereka bertiga itu dan berbincang satu sama yang lainnya. Lalu untuk menjawab mereka Natsumi bangun dan pose dua jari dengan senyuman yang manis.

Tampaknya orang itu yang duduk di lantai terlihat tidak apa-apa.

Pengawas Kuriyuu memikirkan hal ini sambil mengamati kejadian itu. Tetapi akhirnya, dia menuju ke mereka bertiga dengan langkah pelan.

Lalu dia berdiri di depan Professor Natsumi dan berbicara

"...Apa yang kamu lakukan? Itu sangat berbahaya!"

"Huh? Memangnya kenapa? Semuanya baik-baik saja jadi tidak masalah, kan?"

Professor Natsumi menjawabnya dengan mengangkat bahunya, pengawas Kuriyuu membalasnya sambil memegang kacamatanya.

"Tidak, mungkin akhirnya tidak apa-apa, tapi apa kamu sadar tadi tindakanmu itu bisa memperburuk keadaan?"

"Memang, hari ini aku seorang guru. Menolong murid itu kewajiban ku kan?"

Natsumi menjawabnya seolah-olah tidak ada yang terjadi.

 

Pengawas itu sekali lagi terdiam sejenak, Dia menepuk jidatnya dan perlahan menuju ke Natsumi.

"...Setelah semua ini, yang jadi masalah adalah sikapmu. Beberapa hari nanti aku akan mengirimmu pesan dari komite spesial."

Mendengar itu, murid-murid terkejut.

"Tu-tunggu sebentar!"

"Guru itu menyelamatkan Itsuka-kun dan ibu nya—"

“—Harap ikuti seminar dan berusahalah untuk memberikan pendidikan yang sesuai kepada semua siswa ini.”

Namun, Kuriyuu melanjutkan dan mengatakan itu. Para siswa, setelah ketakutan sesaat, menerobos masuk dengan teriakan kebahagiaan.

 

*******

 

Hari itu seusai sekolah.

"...Maaf."

"...Maaf."

Di rumah ruang tamu Itsuka, Yoshino dan Natsumi sudah kembali ke bentuk semula, membungkuk kepala dengan setulus hati mereka

Setelah membawa Professor Okamine ke rumah sakit yang merasa tidak enak badan dan menjadi guru di kelas tidaklah buruk (yah, sebenarnya dia berpikir itu cara yang salah), Tetapi Natsumi, yang menjadi dewasa berakhir mengejutkan Shidou untuk beberapa hal.

Shidou memegang keningnya yang berkeringat. Natsumi dan Yoshino memegang Shidou dengan ketakutan.

"A-Aku minta maaf... Tetapi Yoshino tidak bisa di salahkan. Aku yang mengajaknya, jadi jika kamu ingin marah, marahlah padaku."

 

"Itu tidak benar...Kehancuran sekolah itu gara-gara aku...Itu bukan kesalahan Natsumi."

"Yoshino...!"

Natsumi membawa Yoshino agak jauh, dia tidak bisa melibatkan Yoshino orang yang telah menemaninya.  Pelakunya bukan Yoshino, melainkan Natsumi. Mencoba untuk menjelaskannya, gerak-gerik tangannya aneh.

Namun, Shidou yang melihat mereka berdua itu, menghela napas.

"Kamu sudah berusaha memberikanku kenangan di hari orang tua membuatku senang, Terimakasih."

"Ah...I-iya...”

"Tetapi, tidak berakhir baik yang akhirnya membuat masalah untuk semua orang."

Setelah mendengar itu, keduanya mengangkat bahu. Shido melanjutkan perkataannya dengan tangan menyilang.

"Maka dari itu, hukuman untuk kalian berdua — kamu harus membantuku menyiapkan makan malam hari ini."

"Eh...?"

"Menyiapkan...makan malam?"

Mendengar itu, Natsumi dan Yoshino membuka mata mereka dengan lebar.

"Ayo, mulai! kita harus cepat, Tohka dan yang lainnya sebentar lagi pulang."

"I-iya...!"

"Oke...!"

Natsumi dan Yoshino saling memandang sejenak dan kemudian menjawab dengan suara yang energik.

Beberapa hari kemudian, Profesor Tamae Okamine, yang telah sembuh dari penyakitnya, menerima sebuah surat terima kasih dan pemberitahuan tentang seminar khusus yang dia ingat tidak ada. Mereka akhirnya sangat membingungkannya… Tapi itu cerita lain.


Komentar