Chapter 14
Di Balik Kacamata
Ke mana perginya hujan deras itu?
Laporan harian tentang pemadaman listrik dan
sungai yang membengkak di berbagai penjuru negeri ini sepertinya hanya
kebohongan belaka, dan dalam satu hari, semuanya kembali normal, dan hari itu
hanyalah hari yang cerah.
Tiba-tiba, aku menerima pesan dari Akina.
"Hei, apa kamu menikmati liburan musim
panasmu?"
"Yo Akina. Ya, aku bersenang-senang di
sini, tapi apa kabarmu?"
"Hanya bersantai di rumah setiap
hari."
"Kena kau. Oh, apakah kamu sudah
menyelesaikan tugasmu?"
"Ya, sekarang tidak ada kegiatan yang
bisa dilakukan."
"Sialan."
"Jadi, ada sesuatu yang ingin aku
bicarakan denganmu."
"Apa tuh?"
"Rikka ingin mengadakan BBQ minggu ini,
jadi aku pikir aku akan mengundangmu. Ini di malam hari, jadi mungkin kita akan
pulang larut malam."
"BBQ kah, kedengarannya
menyenangkan."
"Takanashi juga ingin berbicara dengan
Shirahato-san lagi, jadi tolong beritahu dia bahwa aku juga ingin dia ikut
hadir."
"Oke, aku ingin sekali pergi. Kalau
begitu, aku akan bertanya pada Yuki sendiri."
"Selain itu, pada hari itu, ada beberapa
hal yang ingin aku tunjukkan kepadamu."
"Apa yang ingin kamu tunjukkan
kepadaku?"
"Itu rahasia."
"Mengerti. Kalau begitu, aku
menantikannya."
"Aku akan memberikan detailnya setelah
aku mendapatkan persetujuan dari Shirahato. Ngomong-ngomong Terima kasih."
"Oke. Aku akan menelepon setelah mendapat
kabar dari Yuki."
Setelah memastikan bahwa ia telah membaca
pesanku, aku memanggil Yuki yang sedang memasak di dapur.
"Hei, Yuki. Aku baru saja mendapat pesan
dari Akina yang mengatakan bahwa Rikka sedang mengadakan pesta barbekyu. Dia
bilang dia ingin kamu dan aku datang."
"Oh, mereka mengadakan BBQ? Aku ingin
sekali pergi, kedengarannya sangat menyenangkan!"
"Oke, aku akan menanyakan tanggal, waktu,
dan detail lainnya karena aku tahu kamu juga akan ikut pergi."
Yuki mengenakan celemek, dan rambutnya
dikuncir ke belakang. Aku sudah terbiasa melihatnya dengan pakaian ini, tetapi
selalu menyenangkan untuk dilihat. Setiap kali dia bergerak, rambutnya yang
panjang bergoyang seperti ekor, yang menggemaskan, dan tengkuknya juga sangat
menarik.
Saat aku mengaguminya, Yuki berbalik dan
menghampiriku dengan senyuman di wajahnya dan binar di matanya.
"Hei, Haru-kun, apa kamu mau mencicipi
ini?"
"Mmm... Ya, ini enak. Apa yang kau buat
hari ini?"
"Makan malam hari ini adalah daging dan
kentang."
"Oh, itu enak sekali! Tidak sabar untuk
memakannya!"
"Hehe~ aku akan melakukan yang
terbaik."
Aku tidak bisa menahan senyum saat melihat
Yuki dengan hati senang berjalan kembali ke dapur, sandalnya berderak saat dia
melakukannya. Aroma dapurnya begitu sedap sehingga merangsang selera makanku
dan membuat perutku keroncongan.
Sejujurnya, aku senang bisa makan masakannya
setiap hari saat kami berlibur musim panas. Pulang ke rumah orang tuaku dan
makan masakan buatan ibuku tidak terlalu buruk, tetapi masakan Yuki selalu
sesuai dengan seleraku. Aku sekarang selalu menginginkan masakannya.
Ketika aku pergi ke dapur untuk melihat apakah
ada yang bisa aku bantu, aku menemukan Yuki memeriksa untuk melihat apakah
daging dan kentang dimasak dengan kematangan yang tepat.
"Apakah ada yang bisa aku bantu, atau
semacamnya?"
"Terima kasih. Bisakah kamu membantuku
memindahkan makanan?"
"Tentu saja."
Sementara aku membawa piring-piring, Yuki
menyenandungkan sebuah lagu sambil memasak. Aku mencoba membantu sebisa mungkin
tanpa mengganggu, dan dalam waktu singkat, makanan sudah tersaji rapi di atas
meja.
Kami berdua mengucapkan terima kasih atas
makanan kami dan mengambil sumpit. Tak lama kemudian, kami dengan hati senang
mengobrol dan makan bersama.
"Liburan musim panas ini penuh dengan
banyak hal yang menyenangkan! Tidak hanya bisa menghabiskan waktu denganmu setiap
hari, tapi kita juga pergi ke festival musim panas bersama, dan kita akan
mengadakan barbekyu dengan teman-teman, dan juga jalan-jalan ke pantai,"
kata Yuki dengan gembira.
"Ya". Meskipun, barbekyu, ya… aku
ingin tahu bagaimana mereka akan melakukannya. Akina tidak memberikan rincian
tentang tempatnya, tapi dia bilang akan diadakan di malam hari."
"Jika itu terjadi di malam hari, aku
ingin sekali melihat bintang-bintang, seperti yang kita lakukan di sekolah
dasar. Aku masih ingat saat kita menatap semua bintang yang berkelap-kelip
bersama-sama."
"Aku juga ingat saat itu. Langit malam
itu sangat indah... Dan juga, dagingnya enak."
"Fufu~ Jangan makan daging terlalu
banyak, Haru-kun. Aku ingat waktu itu kamu sangat kekenyangan, sampai-sampai
kamu berbaring di tanah. Ibumu juga marah-marah padamu karena hal itu."
"I-Itu karena aku terlalu bersemangat
dengan barbekyu pertamaku...! Lagipula, aku sudah SMA sekarang, jadi aku akan
baik-baik saja!"
"Oh benarkah? Mungkin kamu belum berubah
sama sekali, maksudku, masih ada butiran nasi yang menempel di pipimu."
“Ah…”
Dia tertawa nakal dan melepaskan beberapa
butir dari pipiku. Sungguh menjengkelkan, bahkan kelakuan sesantai ini pun
membuatku canggung.
Padahal, hanya berbicara dengannya dengan
santai sudah menenangkan hati, benar-benar melegakan.
Kami terus mengobrol dengan hati senang sambil
menikmati hidangan yang lezat.
***
Hari barbekyu datang secepat kilat. Kami akan
bertemu di rumah Rikka, dan dari sana kami akan mendapat tumpangan ke tempat
sebenarnya.
Aku bertanya-tanya apakah kami akan menyewa
tempat di taman atau bumi perkemahan, tetapi sebaliknya, aku mendengar bahwa
tujuan kami adalah sebuah vila yang dimiliki oleh keluarga Takahashi dan mereka
akan menyediakan peralatan barbekyu. Sejujurnya, aku mengira bahwa ini hanya
lelucon.
Kami hanya menerima tanggal, waktu, dan lokasi
pertemuan, dan tidak ada pesan lainnya.
Aki tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku
ketika aku berjalan ke rumah Rikka bersama Yuki.
Itu adalah salah satu daerah pemukiman yang
kaya dengan deretan rumah yang tak terhitung jumlahnya yang jauh lebih besar
dari rumahku. Aku sempat khawatir kami salah alamat, atau mungkin saja salah
jalan, namun kami tetap mengikuti petunjuk jalan.
"Tempat apa ini?"
"Aku belum pernah ke tempat seperti ini
sebelumnya... mungkin."
Kami akhirnya tiba di sebuah rumah besar.
Rumah itu memiliki halaman yang luas yang dikelilingi oleh pagar yang tinggi,
dan sebuah gerbang yang megah menghalangi kami untuk masuk lebih jauh. Tempat
itu begitu besar dan luas, kamu akan berpikir seorang CEO akan tinggal di sana.
Aku bahkan belum pernah masuk ke tempat
semegah ini, dan ketika aku bingung apa yang harus aku lakukan, sebuah mobil
mewah berwarna putih terparkir di sebelah gerbang, dan salah satu jendelanya
diturunkan. Itu adalah Rikka, menjulurkan kepalanya dan melambaikan tangan ke
arah kami.
“Yaho~ Kalian datang!”
"R-Rikka!? Mengapa kamu berada di dalam
mobil itu?"
"Aku ingin sekali pergi ke BBQ, jadi aku
menyuruh pelayan mengantarku keluar rumah agar kami bisa menunggu kalian."
"Kalau begitu, ini benar-benar rumahmu,
yah…"
"Mhm~ Yah, aku biasanya tidak punya
banyak kegiatan, jadi aku kira kamu harus datang mengunjungiku di lain
waktu!"
"Oh, dan di mana Akina?"
“Dia berada di mobil yang berbeda. Pokoknya,
pusing!”
"Oke. Oh, dan selamat pagi, Rikka."
"Selamat pagi dariku juga, Rikka-san. Aku
sudah tidak sabar menantikan."
Yuki dan aku masuk ke dalam mobil saat dia
mendesak kami. Mobil itu akhirnya mulai bergerak. Kami berada di kursi
belakang, sambil memandang Rikka, yang berada di kursi penumpang.
"Katanya Akina, vila yang kita tuju
adalah vilamu, kan?"
"Yeppers~ tepatnya berada di pegunungan,
dan di sana sangat indah dan tenang. Semoga kita bersenang-senang hari
ini!"
"Terima kasih banyak, Rikka-san. Aku
sangat bersemangat untuk hari ini."
"Ehehe~ Aku sudah menyiapkan daging yang
sangat lezat untuk hari ini loh, dan aku tidak sabar menunggu reaksimu,
Yukicchi!"
"Oh yah, tadi kamu bilang akan memesannya
dari restoran terkenal."
"Yup, yup! Aku ingin melihat seberapa
bersemangatnya kamu saat menggigitnya, Yukicchi!"
Mereka berdua mengobrol dengan senyum yang
terpampang di wajah mereka berdua dan aku terkejut saat Rikka tiba-tiba
memanggil Yuki dengan sebutan "Yukicchi".
"Yuki, sejak kapan kamu dan Rikka
berteman baik?"
"Kami sering berkomunikasi, jadi kami
sudah berteman sebelum kami menyadarinya."
"Kamu sangat lucu dengan pesan-pesanmu,
Yukicchi! Hatiku selalu ¹berdoki-doki setiap saat!"
"Kamu juga, Rikka-san. Kamu punya banyak
sekali stiker yang lucu!"
"Ehehe~ Aku membeli banyak karena aku
ingin membanjirimu dengan Stiker itu, Yukicchi! Oh, oh! Aku menemukan sesuatu
yang sangat lucu kemarin. Aku akan mengirimkannya padamu sekarang, jadi
lihatlah!"
"Wow, mereka sangat lucu! Aku ingin
menggunakannya juga."
"Benarkah?! Aku selalu ingin mencocokkan
sesuatu denganmu, jadi mungkin aku akan menghadiahkannya untukmu!"
"T-Tolong jangan. Aku sudah
mendapatkannya darimu beberapa hari yang lalu."
"Tidak apa-apa~ Tidak apa-apa! Oke, ini
dia!"
Mobil dipenuhi dengan percakapan dan tawa
riang mereka. Sambil tersenyum, aku tidak sabar untuk tiba di vila Rikka,
tempat acara barbekyu hari ini.
*****************
¹di sini gue ngikutin Raw Inggris dengan kata "doki-doki"
yg artinya "berdebar - debar"
(Doki-doki: Ini adalah kata/ungkapan imut untuk suara detak
jantung dalam bahasa Jepang. Menurut saya, ini jauh lebih imut daripada
boom-boom atau yang lainnya dalam bahasa Inggris.)
**************
Keluar dari mobil, aroma segar hutan tercium
di udara, dan aku menghirupnya dalam-dalam.
Ini adalah rumah peristirahatan di pegunungan.
Rumah megah yang dibangun dari kayu gelondongan, dimiliki oleh keluarga
Takahashi, dan terletak di tempat terbuka yang damai, dikelilingi oleh alam
yang rimbun. Keheningan yang secara lembut disela oleh suara serangga, bersama
dengan kegelapan yang merembes di penghujung hari, menenangkan diriku.
Sebuah lampu besar bersinar di halaman,
menerangi barbekyu yang sudah disiapkan. Tampaknya para pelayan keluarga
Takahashi sudah menyiapkannya sebelum kami tiba, dengan meja bundar dan
kursi-kursi yang ditata serta panggangan arang.
"Hinakura-kun, kamu tahu... ada sesuatu
yang ingin aku tunjukkan pada Yuki, jadi silakan duduk di BBQ, dan tunggu kami.
Ayo, ayo pergi, Yuki!"
"Baiklah, aku akan pergi sebentar,
Haru-kun."
Rikka menuntunnya dan masuk ke dalam vila.
Sementara itu, aku duduk dan menunggu mereka berdua. Rikka mengatakan bahwa
Akina sudah datang duluan, tapi aku belum melihatnya di mana pun.
Duduk dan bersantai, aku bertanya-tanya apakah
mereka sudah selesai di vila. Barbeque sudah siap, jadi mungkin mereka sedang
menungguku di sana?
Aku merenung sampai seseorang melangkah keluar
dari pintu belakang vila. Seorang gadis yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Rambutnya yang berkilau bergoyang mengikuti
hembusan angin musim panas yang lembut. Rambut hitamnya dengan potongan bob,
dan kulitnya putih. Gaun one-piece putihnya menyempurnakan semuanya,
menunjukkan ukuran yang tepat di tempat yang tepat.
Dia memancarkan rasa kemurnian. Cantik adalah
kata yang tepat untuk menyebutnya.
Ketika gadis itu melihatku, dia mendekat
sambil tersenyum.
Siapa dia...? Aku pikir aku pernah melihatnya
di suatu tempat, tapi aku tidak bisa mengingatnya. Aku yakin aku tidak akan
pernah melupakan kecantikan yang begitu anggun.
Sebuah perasaan menyelimutiku. Sesuatu yang
aku rasakan kembali ketika aku bertemu Yuki pada hari upacara masuk.
Tiba-tiba, gadis itu duduk di sebelahku tanpa
mengucapkan sepatah kata pun. "Mengapa dia duduk di sebelahku?" Aku
berpikir untuk sesaat. Dia sangat cantik luar biasa dari dekat sehingga aku
tidak bisa tidak memandangnya.
Kenyataan bahwa dia ada di sini berarti dia
teman Rikka. Aku ingin tahu apakah kami berada di kelas yang sama... Oh. Itu
sebabnya aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat sebelumnya.
Namun, dia tahu bahwa aku sedang menatapnya.
Mata merahnya menatapku, dan sedikit rona merah merona di pipinya. Tatapannya
terfokus pada meja di depan kami, dan bahunya sedikit tegang seolah-olah dia
gugup akan sesuatu.
Dia membuka mulutnya dengan terkesiap kecil
dan meletakkan tangannya di payudaranya, yang bergerak naik turun. Pipinya yang
putih memerah, dan dia bergumam sambil menatapku dari atas ke bawah.
"... Bagaimana aku sekarang?"
“Eh?”
"Um… aku sudah bilang, bukan?"
"A-apa?"
“Jangan kaget… aku yang menginginkan ini…”
"Tapi, apa maksudmu-Ah."
Suaranya tidak asing lagi, dan segera saja
bayangan seorang gadis yang sangat aku kenal, tumpang-tindih dengan bayangan si
cantik di hadapanku.
Dengan pipinya yang merona merah, dan
jari-jarinya terjalin dengan malu-malu, matanya menatap ke arahku. Beginilah
penampilan Akina di balik kacamata.
“A–Akina?”
"Oh...? Mungkinkah, kamu tidak tahu kalau
aku Akina?"
"A-Apa yang terjadi dengan
kacamatamu?"
"Um, aku memakai lensa kontak."
"Dan rambutmu…"
"Aku memutuskan untuk melakukan semuanya,
jadi aku memotongnya."
"Serius...?"
Aku tidak dapat mempercayai pemandangan yang
ada di depan mataku.
Kuncir yang dikepang dan kacamata berbingkai
hitam yang tebal memberikan kesan yang terlalu kuat padaku, dan aku tidak
menyadari bahwa gadis di hadapanku adalah Akina, yang sangat aku kenal.
Aku tidak bisa mengenali gadis cantik di
depanku sebagai temanku, yang berulang kali menunjukkan buku pelajarannya
kepadaku, dan bahkan setelah berpindah tempat duduk, dia berbalik untuk
berbicara denganku.
"Aku kan sudah bilang sebelumnya bahwa
aku juga ingin berubah. Rikka membantuku menata rambutku, dan bahkan
mengajariku cara merias wajahku... Kami memilih pakaianku, dan aku memakainya
untukmu lihat."
"Jadi, ini yang kamu maksudkan ketika
kamu mengatakan bahwa kamu ingin berubah…"
"Yah, jadi aku ingin mendengar pendapat
jujur kamu. Bagaimana aku sekarang?"
Mata merahnya terkunci pada mataku, dan aku
merasakan keseriusannya. Jantungku mulai berdegup kencang dengan tatapan yang
begitu kuat.
Apa yang aku rasakan saat ini ketika aku
melihatnya, dengan rambut dipotong pendek dan kacamata dilepas, adalah bahwa
dia adalah seorang gadis yang cantik. Seekor kupu-kupu yang keluar dari
kepompongnya.
Namun begitu aku membuka mulut, pintu vila
terbuka. Yuki dan Rikka melangkah keluar dan berjalan ke arah kami. Akina
berdiri tegak saat melihat mereka.
"Sayang sekali. Sepertinya kita kehabisan
waktu."
"Kehabisan waktu... Akina?"
"Aku akan mendapatkan jawabanmu cepat
atau lambat. Sampai saat itu tiba, aku menantikannya."
Aku mencoba menghentikannya, tetapi Akina
langsung berlari ke arah Yuki dan Rikka, menundukkan kepala dan menyapa Yuki.
Dia juga terkejut melihat perubahan itu, dan terbelalak.
Untaian rambut Yuki yang berwarna perak
seperti salju dan potongan bob hitam pekat milik Akina merupakan kombinasi yang
menarik. Kedua wanita cantik ini terlihat semakin mempesona di bawah langit
malam yang berbintang.
TLN: waduh <(°ᴗ°) Akina makin agresif
********
"Makanlah sebanyak yang kamu bisa~!"
Rikka tersenyum lebar melihat sepotong daging
yang sangat besar tersaji di atas meja. Daging itu disiapkan oleh keluarganya,
dan rasanya sangat lezat. Semakin kamu mengunyahnya, semakin melimpah daging
itu dengan bagian dalamnya yang berair, berlemak, dan entah bagaimana terasa
manis.
Kami berempat duduk mengelilingi meja,
menikmati BBQ yang luar biasa di bawah taburan bintang-bintang. Akina dan Yuki
memimpin, keduanya memanggang daging. Mereka menggunakan penjepit dengan sangat
baik, memanggang daging dengan sempurna.
Namun, saat kami makan, suasana mulai berubah.
"Lihat, Haru-kun. Dagingnya sudah siap,
jadi ahhn~"
Yuki meletakkan daging yang baru saja
dipanggang di atas piring berjaring, menaburkan sedikit garam di atasnya, dan
mendekatkannya ke bibirku dengan sumpitnya. Dia menungguku membuka mulut, dan
dia tidak akan bergerak sampai aku melakukannya.
Tanpa menolak, aku membiarkannya menyuapiku.
Dia sangat memahami apa yang aku sukai, namun dia masih menaburkan sedikit
garam dari yang aku inginkan. Yang mengejutkanku, hal itu justru menambah cita
rasa dagingnya.
"Haru, yang ini juga sudah siap. Kamu harus
memakannya dengan saus, jadi ini, ahhn~"
Mengikuti Yuki, Akina mencelupkan saus ke
dalam daging yang sudah matang dengan sempurna, mengambilnya dengan sumpit, dan
membawanya ke bibirku. Daging berkualitas tinggi dan saus rahasia itu melebur
menjadi satu, menciptakan harmoni yang indah di mulutku.
I-Ini bukan waktunya untuk laporan makanan!
Ini hanyalah acara barbekyu biasa, tetapi
kedua gadis ini mulai menyuapiku dengan daging. Pemandangan yang aneh,
pastinya.
Sementara itu, Rikka hanya tersenyum, menyaksikan
adegan ini berlangsung. Hal itu menggelitikku, dan aku tidak bisa menahan diri
untuk tidak memalingkan muka.
"Ahaha! Kalian terlihat sangat dekat,
seperti dua ekor burung yang sedang memberi makan anaknya."
"Burung memberi makan anaknya, ya...
Maksudku, tentu saja, mungkin terlihat seperti itu, tapi…"
"Kami hanya ingin Haru-kun makan daging
kualitas A, itu saja."
"Mhm, mhm! Ini adalah acara yang
istimewa, jadi aku hanya ingin dia mendapatkan daging yang sempurna yang kamu
bawakan, Rikka, dan biarkan dia memakannya dengan cara yang terbaik."
Saat aroma arang dan daging yang berpasir
menguar di udara, keduanya meraih sumpit untuk menyuapiku lagi.
"Ini ada beberapa kalbi. Ini dia,
*ahhn~!"
"Sekarang ambil beberapa harami.
Ini."
“A–Ahhn…”
Dua gadis yang begitu cantik, sepuluh dari
sepuluh orang akan menoleh hanya untuk melihat mereka ada di sini, menyuapiku.
Sungguh situasi yang mewah... Sebenarnya, jika ada teman sekelasku yang melihat
ini, mereka mungkin akan terbakar cemburu.
Akhirnya, aku kenyang dengan daging terbaik
yang bisa dibeli dengan uang, dan acara barbekyu pun berakhir. Aku bertanya
kepada mereka apa yang akan dilakukan selanjutnya.
"Hei, apa rencanamu setelah BBQ?"
"Shirahato-san mengatakan kepadaku bahwa
dia ingin melihat bintang."
"Yup! Aku pikir ini akan menjadi
kesempatan yang bagus untuk menikmati bintang-bintang bersama semua orang,
khususnya di tempat yang indah seperti ini."
Kata "teropong bintang" membuat mata
Rikka berbinar-binar.
"Seperti yang aku katakan kepada kalian
di dalam pesan, aku sangat bersemangat untuk mengamati bintang bersama kalian!
Aku bahkan sudah membeli sebuah teleskop! Sebenarnya, tidak ada yang
menghalangi kita, jadi ini sempurna untuk melihat bintang!"
"Aku harap kita bisa melakukan banyak hal
lain, tidak hanya mengamati bintang."
"Hmm, apa lagi ya, aku ingin tahu~ Ah!
Kamar mandiku sangat besar, jadi aku ingin sekali mandi bersamamu,
Yukicchi!"
"Ah, kamu mau mandi denganku?"
"Yap, yap! Tidak ada kesempatan seperti
ini, jadi tolonglah aku~! Tolonglah!"
"Kalau hanya Rikka dan kamu, dia mungkin
akan melakukan sesuatu yang berbahaya. Aku akan pergi bersamamu,
Shirahato-san."
"A-Akinacchi! Jangan khawatir, aku tidak
akan melakukan hal yang aneh-aneh~!"
"Tidak mungkin. Bahkan jika kamu tidak
mengatakannya, kamu ingin melakukan sesuatu yang cabul dengannya. Itu tertulis
di seluruh wajahmu."
"Cih! Kamu mengetahui~!"
Tawa mereka bergema di bawah langit malam, dan
pemandangan yang membahagiakan itu membuatku ikut tersenyum.
Yuki bersenang-senang sekarang, dan itu
mengingatkanku pada masa lalu... Dia benar-benar tidak bisa berteman karena
semua perban yang membalut wajahnya.
Fakta bahwa dia memiliki beberapa sekarang
benar-benar menghangatkan hatiku.
"Kalau begitu, Haru-kun. Ayo kita pergi
melihat bintang bersama!"
"Yup, Haru, ayo kita lihat banyak bintang
bersama-sama!"
Senyuman mereka berdua bagaikan bintang yang
berkelap-kelip. Sambil menggenggam tangan Yuki yang cantik, kami berjalan di
bawah langit yang bertabur bintang.
Yuki, Akina, Rikka, dan Aku.
Dan malam yang menyenangkan ini terus
berlanjut selama beberapa saat.
*
*
*
*
*
*
*
____________________________
Terima kasih telah membaca! Jangan ragu untuk
memberikan komentarmu di bawah ini!
Dan, jika kalian menyukai terjemahan saya dan
ingin membelikan saya secangkir susu, kalian .Bisa klik link berikut : trakteer.id/Macadamia Novel
Enak bener jadi MC disuapin 2 malaikat
BalasHapus